Jumat, 23 Mei 2008

citizen journalism

Blog hadir dan memahkotai kita sebagai raja. Kita bebas memposting tulisan. Bebas mengedit. Dan tulisan kita bisa dibaca miliaran pembaca di muka bumi ini. blog telah menjadi sarana berkomunikasi dan berinteraksi yang sangat maju dan efektif. Blog juga telah mengubah wajah jurnalisme. Hal ini ditandai dengan lahirnya citizen journalism.
Fenomena citizen jurnalism ditandai dengan berkembangnya komunitas blog. Seseorang bisa melakukan fungsi jurnalistik sendirian, mulai dari menulis dan mengedit liputan sampai mengekspos ke internet pada layanan situs atau weblog yang gratis. Dalam citizen jurnalism ini, warga bukan lagi hanya sebagai konsumen media atau objek pemberitaan, tapi bergeser menjadi subjek/pelaku pemberitaan alias reporter atau orang yang mewartakan.
Hal ini bisa ditengok dalam OhMynews atau NowPublic. Dua blog ini telah mempunyai kontributor lebih dari 50 ribu warga dunia. Bahkan pada tahun 2007 kemarin, majalah time memberikan penghargaan kepada NowPublic, sebagai salah satu dari 50 situs yang paling banyak dikunjungi. Selain itu, situs ini telah meraup laba lebih dari 10 juta US dollar.
Dalam Online Journalism Review (2003)[4], mengategorikan citizen journalism ke dalam 5 tipe:
Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report).
Situs berita partisipatoris murni (OhMyNews, NowPublic).
Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter e-mail).
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).

Di ranah Internet sudah banyak kritik yang menyangsikan kredibilitas bloger yang menulis berita atau peristiwa. Bloger kerap dituduh tidak punya kode etik dan standar jelas dalam meliput maupun menulis selayaknya reporter media pada umumnya. Dalam banyak kasus penilaian itu bisa diterima. Namun bukan berarti tulisan bloger-citizen reporter otomatis harus dianggap sampah. Justru terkadang berita karya para bloger bisa eksklusif, kritis, demi kepentingan publik, dan sama sekali tidak dipublikasikan di media biasa seperti koran dan tivi.
Contohnya tulisan dan foto karya para bloger di Burma, yang melaporkan kekejaman junta militer menghadapi aksi demo rakyat. Koran dan tivi di sana tidak berani memberitakannya secara apa adanya karena ditekan oleh junta; tapi bloger (apakah itu mahasiswa maupun orangtua) mampu melaporkan berita tersebut via Internet hingga diketahui dunia. Dalam kasus Burma, para bloger, meskipun terpaksa memilih anonim, tidak boleh dipandang sebelah mata.
Di Indonesia sendiri, munculnya fenomena citizen jurnalism saat terjadinya bencana alam tsunami di Aceh. Saat itu saluran televisi dan radio tidak bisa diakses. Saat itulah peran citizen journalism sangat bermanfaat. Melalui pengiriman rekaman video, ulasan peristiwa dll, para blogger meliput peristiwa tersebut dan disiarkan memalui internet.
Di Indonesia memang ada beberapa blog-bersama yang menerapkan citizen journalism, namun gregetnya belum terasa, seperti Panyingkul!, Wikimu.com,dll . Yang justru punya hits pembaca yang banyak adalah blog pribadi semisal CosaAranda ( tips mencari uang lewat iklan Google), Blogombal (catatan ringan dalam kehidupan sehari-hari), Blog Enda (seluk-beluk blog), atau KafeMotor (modifikasi sepedamotor).
Sumber: www.pena.co.id
jurnalisme.wordpress.com/category/citizen-journalism/

Nur Rohmah H P

1 komentar:

blogger semarang mengatakan...

Salam kenal dari blogger semarang, senang bisa membaca dan berkomentar di blog ini, semoga tali silahturahmi bisa terjalin, tulisan favorite saya minggu ini: Jajan Pasar